#SANDALLLL

Categories
Opini Read

PMII dan AI – Merawat Sadar di Era Digital

Oleh: Ahmad Mustaqim, S.Pd. 

Revolusi teknologi yang dipacu oleh artificial intelligence (AI) telah merubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Inovasi ini menawarkan peluang tak tertandingi untuk kemajuan dalam berbagai bidang, tetapi juga membawa tantangan yang signifikan, terutama dalam hal etika, privasi, dan dampak sosial. Sebagai kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), kita dihadapkan pada tugas penting: bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi dengan bijaksana dan bertanggung jawab, sambil tetap berpegang pada nilai-nilai dasar pergerakan.

Dalam konteks teknologi AI, kita tidak bisa hanya terjebak dalam pesona kemajuan tanpa menyadari dampak sosial yang menyertainya. AI, dengan segala kecanggihannya, menawarkan peningkatan produktivitas yang luar biasa. Laporan McKinsey Global Institute mengestimasi bahwa teknologi otomatisasi yang didorong oleh AI dapat meningkatkan produktivitas global hingga 1,2% per tahun, memberikan kontribusi ekonomi sebesar $13 triliun pada tahun 2030. Ini adalah potensi besar yang dapat mengoptimalkan proses dan efisiensi di berbagai sektor, dari layanan kesehatan hingga pendidikan. Namun, di balik potensi ini, terdapat dampak negatif yang tidak bisa diabaikan. Laporan World Economic Forum menunjukkan bahwa AI dapat menggantikan sekitar 75 juta pekerjaan pada tahun 2022, menimbulkan ketidakpastian dan tantangan ekonomi bagi banyak pekerja. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan penting tentang bagaimana kita bisa menyeimbangkan kemajuan teknologi dengan perlindungan terhadap kesejahteraan sosial.

Lebih jauh lagi, dampak AI terhadap privasi dan bias harus menjadi perhatian utama kita. Kasus-kasus bagaimana data dicomot untuk kepentingan politik sampai privasi data yang bocor sering terjadi di Indonesia. Selain itu kasus Cambridge Analytica menunjukkan bagaimana data pribadi yang dikumpulkan dan dianalisis oleh AI dapat disalahgunakan untuk kepentingan politik, sementara studi dari MIT dan Stanford University mengungkapkan bahwa sistem pengenalan wajah AI memiliki akurasi yang jauh lebih rendah untuk wanita kulit hitam dibandingkan dengan pria kulit putih. Temuan ini menyoroti risiko bias yang inheren dalam algoritma AI, yang dapat memperburuk ketidakadilan sosial dan diskriminasi.

Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, kader PMII memiliki peran strategis yang tidak hanya berfokus pada adaptasi teknologi tetapi juga pada penerapan prinsip-prinsip moral dan etika. Prinsip Hablum Minallah (Hubungan dengan Allah), Hablum Minannas (Hubungan dengan Sesama Manusia), dan Hablum Minal Alam (Hubungan dengan Alam) harus menjadi panduan kita dalam memanfaatkan teknologi.

NDP DAN TEKNOLOGI

Hablum Minallah menggarisbawahi pentingnya menggunakan teknologi dalam bingkai moral dan etika yang sesuai dengan nilai-nilai agama. Dalam hal ini, penggunaan AI harus dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip etika yang dipegang teguh. Misalnya, dalam pengumpulan dan penggunaan data pribadi, penting untuk memastikan bahwa proses tersebut dilakukan dengan izin yang jelas dan untuk kepentingan yang bermanfaat, bukan untuk kepentingan yang merugikan individu atau kelompok.

Sementara itu, Hablum Minannas menekankan pentingnya memperkuat keterhubungan sosial di tengah pesona teknologi. Meskipun teknologi memungkinkan kita untuk terhubung secara virtual, interaksi sosial tatap muka tetap penting untuk menjaga hubungan manusia yang autentik. Penelitian dari Pew Research Center menunjukkan bahwa interaksi digital yang berlebihan dapat mengurangi kualitas hubungan sosial dan kesehatan mental. Oleh karena itu, sebagai kader PMII, kita harus memprioritaskan pertemuan langsung dan kolaborasi yang melibatkan interaksi manusia yang mendalam, guna menjaga keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata.

Hablum Minal Alam, di sisi lain, menyoroti pentingnya mengelola dampak lingkungan dari teknologi. Penggunaan teknologi, termasuk AI, dapat memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan, seperti konsumsi energi yang tinggi. Laporan dari International Energy Agency (IEA) mengungkapkan bahwa peningkatan penggunaan server untuk menyimpan data AI dapat mempengaruhi konsumsi energi global dan emisi karbon. Kader PMII harus aktif dalam upaya pelestarian lingkungan, termasuk memilih teknologi yang ramah lingkungan dan berupaya mengurangi dampak negatifnya terhadap alam.

Dalam menghadapi era digital ini, kader PMII harus memainkan peran proaktif dalam memastikan bahwa teknologi digunakan dengan bijak dan sesuai dengan nilai-nilai etika. Pengembangan kesadaran kritis terhadap dampak teknologi adalah langkah awal yang penting. Ini termasuk memahami bagaimana teknologi mempengaruhi berbagai aspek kehidupan dan masyarakat serta bagaimana kita dapat mengelola dampak tersebut secara efektif. Kesadaran ini memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang tidak hanya berbasis pada efisiensi teknologi tetapi juga pada prinsip-prinsip sosial dan etika.

Integrasi nilai-nilai dasar PMII dalam penggunaan teknologi adalah langkah berikutnya. Penggunaan teknologi harus selalu didasarkan pada prinsip Hablum Minallah, Hablum Minannas, dan Hablum Minal Alam. Dengan demikian, teknologi tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan praktis tetapi juga sebagai sarana untuk memajukan tujuan moral dan sosial yang lebih besar.

Terakhir, advokasi untuk kebijakan teknologi yang adil merupakan peran penting yang harus diambil oleh kader PMII. Ini termasuk mendukung regulasi yang melindungi hak-hak individu dan memastikan bahwa teknologi digunakan untuk kepentingan umum. Keterlibatan dalam diskusi kebijakan memungkinkan kader PMII untuk berkontribusi pada pembuatan aturan yang memastikan bahwa inovasi digunakan secara etis dan bertanggung jawab.

Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai dasar pergerakan, kader PMII tidak hanya dapat beradaptasi dengan kemajuan teknologi tetapi juga memanfaatkannya dengan cara yang mendukung kebaikan bersama. Kesadaran akan dampak sosial, etis, dan lingkungan dari teknologi, bersama dengan peran proaktif dalam pembuatan kebijakan, akan memastikan bahwa teknologi tidak hanya memperkaya kehidupan kita tetapi juga memperkuat prinsip-prinsip keadilan dan kebaikan bersama. Ini adalah tanggung jawab kita untuk memanfaatkan teknologi dengan bijaksana, memastikan bahwa kemajuan yang kita capai berkontribusi pada masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan.

Sumber bacaan:

  1. Gender Shades: Intersectional Accuracy Disparities in Commercial Gender Classification
  2. Otomatisasi dan Masa Depan Pekerjaan Indonesia
  3. Digitalisasi Industri dan Pengaruhnya Terhadap Ketenagakerjaan dan Hubungan Kerja di Indonesia

Foto: Tahun 2017

By Ahmad Mustaqim

Mari terus belajar...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *