#SANDALLLL

Categories
Opini Read

Dimana Kesadaran Itu Berdiri?

Ada sesuatu yang pelan-pelan berubah dalam cara kita hidup—dan mungkin kita tak benar-benar menyadarinya.

Dulu, kesadaran terasa seperti rumah. Ruang teduh di dalam kepala, tempat semua yang kita pikirkan dan rasakan berkumpul menjadi satu. Kita menyebutnya diri. Tempat kita memilih, menimbang, memutuskan. Seolah segala keputusan lahir dari dalam, dan hanya dari dalam.

Tapi hari-hari ini, rumah itu tidak lagi senyap. Ia seperti pasar malam yang tak pernah tutup. Terang, bising, dan dipenuhi suara-suara yang tak semua kita undang. Pikiran datang dan pergi tanpa permisi. Emosi melonjak sebelum sempat kita pahami dari mana asalnya. Dan di balik layar yang kita sentuh tiap jam, ada sesuatu yang lebih besar sedang menyusun peta pikir kita.

Kesadaran ternyata bukan ruang hampa. Ia seperti spons: menyerap apa pun yang ada di sekitarnya. Sejak manusia belajar bicara, mencatat, dan membagi cerita, kesadaran telah terbentuk oleh jaringan. Bukan hanya jaringan sosial, tapi juga jaringan simbol, jaringan bahasa, dan kini—jaringan digital.

Apa yang kita anggap sebagai “pikiran pribadi”, bisa jadi hanya satu simpul kecil dari arus informasi yang lebih luas, yang terus mengalir tanpa henti. Bahkan, sebagian besar isi kepala kita hari ini mungkin bukan hasil perenungan, melainkan hasil algoritma.

Dan inilah pertanyaan yang mulai mengganggu:
Masihkah kesadaran ini milik kita? Atau ia sudah menjadi produk dari sistem yang lebih besar, yang tahu lebih banyak tentang kita daripada kita sendiri?

Jika ada pihak yang bisa mengukur setiap klik, memperkirakan setiap keputusan, memengaruhi setiap ketertarikan, maka yang sedang dipertaruhkan bukan hanya privasi—tapi kendali atas diri. Kita tidak kehilangan kesadaran, tapi kita tak lagi tahu seberapa murni ia.

Inilah zaman ketika manusia merasa paling bebas, tapi sesungguhnya paling mudah diarahkan. Ketika kita merasa sedang memilih, padahal bisa jadi kita hanya menempuh jalur yang telah dipetakan sebelumnya—oleh sistem yang tak kasatmata.

Kesadaran hari ini bukan hanya soal menyadari apa yang sedang kita pikirkan. Tapi tentang menyadari: siapa yang menaruh pikiran itu di sana.

Metro, 7 April 2025 | #Sandallll

By Ahmad Mustaqim

Mari terus belajar...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *