#SANDALLLL

Categories
Opini Read

Catatan Kecil Awal Tahun: Waktu dan Kesadaran

Seiring bergulirnya waktu, kita kembali pada awal lembaran baru, tahun 2025. Rasanya baru kemarin kita merayakan datangnya 2024, dengan harapan-harapan yang besar dan semangat baru. Namun, di balik itu, ada sebuah kesadaran yang muncul dengan semakin jelas: waktu adalah sesuatu yang relatif, tergantung bagaimana kita memanfaatkannya. Dalam perjalanan setahun terakhir, waktu terasa begitu cepat berlalu. Bukan karena ia mempercepat dirinya sendiri, melainkan karena kita terlalu larut dalam aktivitas yang terus menuntut perhatian tanpa henti.

Waktu, dalam pemahaman yang lebih dalam, adalah salah satu aset paling berharga. Filsuf-filsuf eksistensialis seperti Martin Heidegger mengingatkan bahwa waktu bukan hanya kronologis, melainkan eksistensial — bagaimana kita mengisinya, itulah yang menentukan arti keberadaan kita. Refleksi ini membawa saya pada pemahaman bahwa setiap detik yang lewat tanpa kesadaran akan maknanya adalah detik yang hilang tanpa jejak.

Teknologi dan Tantangannya

Tahun 2024 juga menandai sebuah era di mana teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI), berkembang dengan kecepatan luar biasa. Dari perangkat yang membantu pekerjaan hingga AI seperti ChatGPT yang menjadi teman diskusi sehari-hari, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Namun, perkembangan ini membawa tantangan besar: bagaimana kita tetap sadar akan identitas diri sebagai manusia di tengah dominasi mesin yang semakin pintar?

Hannah Arendt pernah mengingatkan kita tentang “kondisi manusia” — sebuah sifat unik manusia yang tidak bisa direplikasi oleh teknologi, yaitu kemampuan untuk berpikir secara mendalam, bertindak dengan kehendak bebas, dan berkomunikasi dengan empati. Dalam catatan ini, saya menyadari bahwa meskipun teknologi membawa manfaat besar, kita tidak boleh kehilangan kendali atas bagaimana teknologi itu memengaruhi hidup kita. Teknologi adalah alat, bukan pengganti manusia.

Selama 2024, saya mengamati bahwa ada kecenderungan untuk menyerahkan terlalu banyak keputusan dan interaksi kepada mesin. Kesadaran ini memaksa saya untuk bertanya: apakah saya masih menjadi penguasa teknologi, ataukah saya mulai tunduk pada pola yang ditentukan oleh algoritma? Pertanyaan ini menjadi relevan, bukan hanya untuk saya, tetapi untuk setiap individu yang hidup di era digital ini.

Menjaga Kesadaran

Memasuki tahun 2025, saya mencatat resolusi kecil dan sederhana namun mendalam: menjadi pribadi yang senantiasa sadar. Kesadaran ini mencakup banyak aspek, mulai dari cara saya memanfaatkan waktu hingga bagaimana saya berinteraksi dengan teknologi. Saya ingin menjalani tahun ini dengan pemahaman bahwa waktu, meski cepat berlalu, adalah alat untuk menciptakan makna.

Dalam hal teknologi, saya bertekad untuk tetap menjadi manusia yang mengendalikan, bukan dikendalikan. Saya ingin menggunakan AI dan teknologi lainnya sebagai alat untuk memperkaya hidup dan membantu dalam berbagai aktivitas, bukan justeru dikendalikan dan menggantikan nilai-nilai kemanusiaan. Catatan ini juga mengingatkan saya pada ide Abraham Lincoln tentang demokrasi: “Sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Dalam konteks teknologi, ini berarti kita harus tetap menjadikan manusia sebagai pusat dari setiap keputusan dan pengembangan, tetap sebagai individu yang berdaulat.

Mengapa Kesadaran Itu Penting?

Pada akhirnya, catatan refleksi ini membawa saya pada sebuah pemikiran mendasar: menjadi manusia adalah tentang menjalani hidup dengan kesadaran. Kesadaran untuk menghargai waktu, memahami diri, dan memanfaatkan teknologi tanpa kehilangan jati diri. Seperti yang dikatakan oleh Socrates, “Hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak layak dijalani.” Tahun 2025 adalah kesempatan untuk menjalani hidup yang lebih bermakna, lebih sadar, dan lebih manusiawi.

Maka, saya mengajak siapa pun yang membaca ini untuk bersama-sama merenungkan apa artinya menjadi manusia di era teknologi ini. Mari kita jadikan tahun ini sebagai tahun di mana kita tidak hanya bergerak maju, tetapi juga melangkah dengan penuh kesadaran. Sebab pada akhirnya, teknologi akan terus berkembang, tetapi yang menjadikan kita tetap manusia adalah cara kita memanfaatkan waktu dan pikiran kita. Dan pilihan itu, sepenuhnya ada di tangan kita.

Metro, 3 Januari 2025 | Ahmad Mustaqim

#Sandallll

By Ahmad Mustaqim

Mari terus belajar...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *